Sunday, September 1, 2013

Misteri Gua Umang

Oleh Juara R Ginting

Umang, menurut penuturan orang-orang Karo, adalah makhluk kate yang setengah manusia setengah roh. Missionaris J.H. Neumann pernah sangat tertarik pada segala hal yang berkaitan dengan umang. Dalam salah satu tulisannya, dia menduga umang sebagai makhluk Proto Malay (Melayu Tua) yang menjadi penduduk asli Taneh Karo. Dalam salah satu bagian dari tulisannya itu, dia membahas mengenai salah satu rumah umang yang disebut Batu kemang di dekat Sembahe. Batu Kemang adalah sebongkah batu berongga. Rongganya jelas sekali hasil pahatan, bukan oleh alam. Di dalam rongga ada ukiran-ukiran. Pada sisi luar Batu Kemang, terdapat ukiran-ukiran manusia yang sedang menari.

Setelah Neumann, linguist Petrus Voerhove adalah orang ke dua yang tertarik dengan gua umang. Dalam salah satu tulisannya, dia melaporkan kunjungannya ke beberapa gua umang di Karo Jahe, khususnya Langkat dan Deli Serdang. Hal paling menarik dari laporannya adalah adanya gua umang yang rongganya sangat panjang di kawasan perkebunan Limau Mungkur, dekat Tanjung Morawa, Deli Serdang. Voerhove malahan menampilkan foto dari gua itu. Dalam sebuah pembicaraan dengan Voerhove sebelum dia meninggal dunia di Belanda (dia meninggal dalam umur 90 tahun), dia sampaikan kepada saya bahwa gua umang Limau Mungkur mungkin menjadi kunci penting dari hubungan antara Urung Si Pitu Kuta Ajinembah dengan Urung Sinembah. Karena, katanya, rongga berukir segi empat itu disekat menjadi tujuh bagian, dan dalam cerita Rumah Si Pitu Ruang terlihat hubungan yang erat antara Sibayak Ajinembah dengan Sibayak Barusjahe.

Berdasarkan tulisannya, saya mengunjungi gua itu dan membuat beberapa foto darinya. Salah satu foto yang saya buat telah dipublikasi dalam sebuah buku tentang "Rumah dan tempat tinggal di Indonesia" yang ditulis oleh Beatriz v/d Goes (Nd Mecu).

Saya pernah tertarik untuk mengetahui apakah gua umang hanya fenomena Karo atau fenomena yang wilayah penyebarannya lebih luas dari Taneh Karo. Untuk itu saya berusaha menemukan semua gua umang di daerah Karo. Salah satu yang menakjubkan saya adalah adanya kompleks beberapa gua umang di desa Singgamanik (Kab. Karo). Ukiran-ukirannya sangat menakjubkan. Saya ceritakan ini pada bupati Karo saat itu, Alm. Rupai Perangin-angin, di kantornya. Dia terkejut karena tidak mengetahuinya meskipun dia berasal dari Singgamanik dan punya kebun jeruk di sana (setiap akhir pekan dia mengunjungi kebun jeruknya itu). Keterkejutan bupati itu membuat saya terkejut. Mengenai ini, pernah saya ceritakan di tabloid Sora Mido lama, bukan Sora Mido yang sekarang ini.

Banyak sekali gua umang yang saya temukan di Taneh Karo. Sebagian diantaranya harus saya buka sendiri (dibantu oleh Nd Mecu) dari timbunan erosi dan rumput yang tumbuh di tanah yang menimbun gua itu.

Apakah gua-gua seperti ini terdapat di daerah lain di Sumatra? Untuk pertanyaan ini saya dan Nd Mecu menjelajahi semua daerah Sumatra Utara, Aceh Tenggara, Riau dan Sumatera Barat dengan mengendarai sepeda motor Honda GL100. Termasuk ke Pulau Nias, kami mengendarai sepeda motor ini.

Sepeda motor ini pernah mengejutkan penduduk Amburidi, karena dialah yang pertama berani merangkak mencapai kampung itu (desa ini menjadi inspirasi dari Cerbung saya Si Rabit Dates di Sora Mido). Inspirasi ini muncul sehubungan dengan kenyataan di sana tidak ada orang gondokan meskipun telah banyak ilmuwan Indonesia mencontohkan Amburidi sebagai kampungnya orang gondokan karena air minumnya kurang jodium (Dalam hatiku saat itu, ilmuwan congkak yang tak mau tau kenyataan sebenarnya. Dekahen opinia sangken kenyataan yang benar-benar terjadi).

Kesimpulan dari perjalanan itu telah aku sebutkan beberapa hari lalu di milis ini. Gua umang tak ada duanya di luar wilayah pemukiman Karo! Literatur tentang Indonesia juga tidak ada yang mengindikasikan adanya gua umang di daerah-daerah lain di luar Taneh Karo.

Sumber: http://groups.yahoo.com/neo/groups/tanahkaro/conversations/topics/12088

No comments:

Post a Comment